The Revenant : Innaritu, Single Plotsentrik dan rekam jejak budaya hijrah

 
Siapa yang tidak memuja Innaritu ? Barangkali boleh diingat tiga karya perdananya yang dilepas oleh rumah produksi Mexico dan memang pada saat itu Innaritu belum banyak berbicara dipentas Hollywood.Coba ingat Amorres Perros,
21 Grams dan Babel.Lalu coba ingat kembali tiga karya terakhirnya Biutiful, Birdman dan The Revenant.Ada pola menarik sang maestro paska ia hijrah dan sangat menikmati pentas industry Hollywood.Benarkah sutradara Mexico yang belum hijrah ke Hollyood akan sangat lebih baik di Hollywood ? Benarkah karya karyanya akan lebih banyak dipuja kaum fanatik indie yang memuja karya perdananya?
Coba jangan ingat Innaritu, perhatikan kiprah Alfonso Cuaron,  Guillermo Del Toro. Tiga sutradara ini nyatanya lahir  dan besar dikota yang sama Mexico City.Studi Film dan Filsafat National Autonomous University di Mexico memuji tiga sutradara ini yang dianggap sukses dan memiliki otentifikasi karya yang teramat sulit ditemukan dari karya karya sutradara Mexico lainnya.
Alenjandro Gonzales Innaritu, namanya sempat mencuat dengan karya karyanya yang memiliki plot berantai atau sebutlah triple plot.Amorres Perros yang murni produksi Mexico merupakan kisah tentang tiga cerita yang bermetaforkan “anjing”.Lanjut kepada 21 Grams yang dibintangi Sean Penn dan Naomi Watts.Kemudian namanya semakin besar setelah membesut Babel yang dibintangi Brad Pitt.Film tersebut mengisahkan satu peluru yang mengguncang tiga benua secara bersamaan serta juga kegagagapan berkomunikasi di era modern.
Entah apa yang melatarbelakanginya, paska Biutiful yang dibintangi Javier Bardem, ciri khas dan otentifikasi Innaritu seketika memudar.Apakah ia tipe sutradara yang ingin mencoba dan serba bisa seperti Alonso Cuaron masih menjadi pertanyaan dari fanbase, karena nyatanya biarpun melalui Birdman ia mendapatkan piala Oscar perdananya, teteplah Alenjandro Innaritu tidak diingat sebagai seorang master singlepoltsentrik namun multiplotsentrik.
Begitulah makanya semenjak perilisan trailer dari The Revenant, muncullah kesan skeptik atas karyanya yang cenderung drama dan seolah olah ingin menjadi sama seperti Cuaron. Director serba bisa.Director multi genre.
Innaritu melalui The Revenant sangatlah tidak bernafas dari segi cerita, bahkan sangat terengah engah sebagai drama action yang banyak dipengaruhi gaya kamera yang terlalu berkelas seperti long shot Birdman.
Tentang balas dendam, tentang kematian, tentang peperangan, nampaknya The Revenant tak lain merupakan proyek yang sudah sangat menjadi makanan khas Innaritu.Secara akting, film ini sangat tertolong oleh kejelian akting Leonardo Dicaprio dan Tom Hardy yang memberi kekuatan dan strenth untuk tipe film yang mirip seperti Valhalla Rising. Namun yang pasti bagi saya, Valhalla Rising masih lebih bagus dan otentik dibandingkan dengan The Revenant. Personallly taste.
Secara scoring, The Revenant sangat unggul disiniScoring arahan Ryuichi Sakamoto Alva Noto tentu mampu menghidupkan suasana peperangan yang begitu dingin dan sangat mencekam.Tidak berlebihan dan tidak kekurangan.The Revenant sangat unggul juga secara sinematography, meski terlihat sangat dark dan menjenuhkan namun sebenarnya The Revenant banyak sekali menampilkan shot shot yang menampilkan landscape pengunungan yang sangat menawan.
~Halomoan

Essay Film

Dikembangkan dan diorganisir oleh Halomoan Sirait. Mahasiswa tingkat akhir yang kocar kacir didunia blogging karena suka hilang password. Sedang mendambakan profesi Jurnalisme Film secara global.

2 komentar:

  1. Hi Halomoan, ini dari Cinejour.com
    Link kamu sudah ditambahkan disini http://cinejour.com/friends-2/

    Thank you

    BalasHapus