Putu Wijaya : Ilmu Tonton-Menonton-Tontonan Di Negeri Ini


Photo source: komunitaslobo

*Disadur dari buku Putu Wijaya - Sang teroris mental.Dikutip seperlunya.

 Jakarta 24 februari 198
Konsep tontonan mencakup berbagai aspek antara lain : kebebasan, rangkaian upacara dan kesadaran lingkungan.Kebebasan tidak berarti anti aturan.Rangkaian upacara menyebabkan penampilan, bukan lagi sekadar pertunjukan tetapi peristiwa.Sedangkan kesadaran lingkungan menghantarkan penampilan menjadi akrab dan relevan.Ketiga aspek ini luruh menjadi satu - sebagai perenungan.
Apakah sebetulnya tonontonan itu ? Ini pengamatan saya: setiap hari kita melihat banyak hal yang sama.Kalau ada yang terlihat aneh dan lain, baik karena, lucu sedih, menyenth perasaan, membangkitkan marah, membuat jengkel dan lain sebagainya- termasuk yang memeberi tikamana keindahan-kita menyimpannya sebagai kenangan.Ia masuk menjadi bagian dari isi kepala kita.Dan kalau kita bertemu lagi dengan hal hal yang serupa atau sejenis, mau tak mau kita akan membandingkannya dengan apa yang sudah pernah kita alami.Dengan tak sadar kita mulai memberikan penilaian, bagaikan seorang juri kontes atau festival.

Sudah kita ketahui bahwa hidup memang bagaikan kontes besar.Setiap orang adalah pelaku dalam kontes itu.Teteapi serentak dengan itu, setiap orang adalah juri juri kecil, dalam rangka menyeleksi pengalaman pengalamannya, sehingga hanya peristiwa peristiwa yang unggul, yang bernilai, yang layak, disimpan menjadi bagian kenangannya.Dari besar kecilnya, tebal tipisnya, berbobot tidaknya hasil seleksi, yang kemudian disimpan dalam ingatan itu, terbentuklah mesin rasa dan pikir kita.Walhasil, hasil pikir dan rasa itu, sedikit banyak ditentukan oleh apa yang kita tonton dalam kehidupan.

Kesempatan untuk menonton panggung kehidupan pada masing masing orang, ternyata lain.Namun hal tersebut sedikit dapat teratasi dengan munculnya seni tontonan yang berusaha menontonkan paket paket kepada penontonnya dalam waktu yang bersamaan.Tontonan sebagai kesenian dengan demikian tidak benar benar murni kejadian.Ada pengarahan.Ada sentuhan-sentuhan manusia,sehingga tontonan tersebut benar- benar memiliki kecenderungan, konteks, karena ia memang merupakan alat komunikasi antara seorang kreator dengan penonton.Ia berfungsi sosial, disamping punya disiplin artistik.

Peranan tontonan dalam kehidupan jelas.Ia membuka kesempatan kepada banyak orang  untuk mengalami hal hal, yang mungkin tidak sempat dialaminya dikehidupan nyata.Ia membuka kesempatan untuk mempersingkat waktu  untuk mengalami beberapa peristiwa, dalam satu paket.Ia juga seperti menyeret manusia untuk keluar dari dinding dinding rumahnya , untuk mengalami perkembangan batin  bersama orang lain.Suasana diantara penonton, kontak dan sebagainya, yang menyebabkan manusia yang satu ,berhubungan dengan manusia lain merupakan kelanjutan dari peranan tontonan.

Sebagai tontonan, dengan fungsi seperti diatas, antara satu tontonan dengan tontonan yang lain, ada perbedaan.Yang paling penting bukan perbedaan jenisnya.Ia bisa tampil sebagai tarian, nyanyian ,seni, lakon, pembacaan sajak dan sebagainya atau gabungan antara beberapa cabang kesenian.Bisa saja.Yang penting adalah arus didalamnya.Ada tontonan yang jenaka, ada yang mengganggu , menghasut dengan berbagai pertanyaan dan masalah, ada yang memberi petuah dan wejangan, ada yang dakwah , ada yang mengajak penonton melihat berbagai kenyataan , lalu membiarkannya mengambil keputusan, ada yang mencoba menguras air mata, kemarahan, kebencian dan sebagainya.Ada pula tontonan yang mengajak penonton untuk melakukan upacara.

Berbagai arus tersebut menunjukkan, penonton disamping berbeda kepala dan perasaan, berbeda pula kepentingannya.Hal ini memberikan kesmpulan bahwa seni tontonan yang sedang berkembang adalah potert batin masyarakatnya.Tetapi yang paling menarik, seni tontonan selalu hadir sebagai hiburan.Tontonan selalu menjadi bagian masyarakatnya sekaligus tidak pernah kehilangan bobot dan nilai artistiknya.

Didalam konsep tontonan, kita (orang teater) adalah pelacur dan gigolo.Kita jadi alat untuk memuaskan nafsu penonton, sesuai dengan batas batas optimum kenikmatan mereka.Tetap sebaliknya, sebagai gigolo kita juga menyengat, menyetubuhi, pengencingi,memperkosa sampai pada akhirnya penonton mengeluh, histeris, orgasme dan sebagainya.Penonton sebaliknya, adalah tiran sekaligus juga korban .Mereka terdiri dari orang yang kelebihan duit,kelebihan waktu, para pengelamun,pecinta hiburan bahkan sampai para pejabat.

Kenyataan ini menjelaskan bahwa "konsep tontonan" adalah jawaban yang penting dalam kehidupan teater di Indonesia.Setidak tidaknya, pada saat ini.Karena konsep tontonan membuat teater menjadi bagian dari kehidupan masyarakat.





Essay Film

Dikembangkan dan diorganisir oleh Halomoan Sirait. Mahasiswa tingkat akhir yang kocar kacir didunia blogging karena suka hilang password. Sedang mendambakan profesi Jurnalisme Film secara global.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar